CITRA Desa Srowot perlahan ingin diubah. Mendengar nama Srowot
terbersit desa yang berada di pelosok dan tertinggal. Kini dengan memanfaatakan
Dana Desa, Pemerintah Desa Srowot melakukan percepatan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, khususnya peningkatan ekonomi kerakyatan dengan
mendirikan Badan Usaha Milik Desa. Dari data Indeks Desa Membangun (IDM) 2016,
jumlah penduduk Srowot sebanyak 4.338 jiwa dengan kebanyakan bekerja sebagai
buruh tani, petani, peternak, wiraswasta, dan buruh harian.
Di Desa Srowot, keberadaan BUMDes
sudah ada sejak 31 Maret 2016 dengan terbitnya Perdes No. 2 Tahun 2016 tentang
Pembentukan BUMDes. Adapaun nama BUMDes adalah Usaha Jadi Untung Bersama (UJUB). Pada
awalnya, unit usaha yang dikelola adalah Sewa Kendaraan Roda Tiga dan
Pengelolaan Air Bersih PAMSIMAS, namun keduanya belum optimal. Seiring
berjalan, pada tahun 2017 terjadi penggantian pengurus dan penambahan unit
usaha dan penambahan penyertaan modal dari Dana Desa (DD) TA. 2017.
Tahun 2017, Desa Srowot mendapat
transfer Dana Desa sebesar Rp 845.317.917. Sebagai komitmen pengembangan
BUMDes, Pemdes Srowot dalam APBDes Induk mengalokasikan penyertaan modal desa
sebesar Rp 225.000.000. Penyertaan modal ini merupakan yang terbesar tingkat
Kecamatan Kalibagor, atau sekitar 23,7 persen dari total anggaran penyertaan
modal Rp 949.217.990.
Ide Bikin Toko Desa
Hal yang baru dan menarik terkait
pengembangan BUMDes di Desa Srowot mulai terasa sejak muncul ide pembangunan
toserba (tokoserba ada) desa. Kepala Desa Srowot, Handoyo selaku penasihat BUMDes memiliki ide agar minimarket desa bisa
berfungsi sebagai unit perdagangan, tak sekadar melayani kebutuhan harian
(ritel) namun juga menjadi sentra kulakan warung-warung di desa. Lebih dari
itu, Handoyo juga memberikan space di toko untuk menampung jajanan produk lokal
khas Srowot.
Untuk mewujudkan rencana ini,
sejak awal 2017, Pemdes bersama tim pendamping desa, pengurus BUMDEs melakukan kordinasi.
Juga melibatkan konsultan atau pihak ketiga untuk mendengar rencana penataan
dan pengembangan BUMDes. Kesiapan rencana pendirian BUMDEs juga
disosialisasikan kepada masyarakat, agar nantinya merasa memiliki keberadaan
toko desa dan bisa meramaiakan dengan berbelanja di toko yang menempati gedung
serbaguna tersebut.
Awal pendirian, beberapa pihak di
luar desa mempertanyakan rencana ini. Khususnya terkait rencana kelaikan usaha.
Berangkat dari pertanyaan, apakah BUMDes bisa ramai pembeli? Bisa memperoleh
profit? Pertanyaan ini terlontar mengingat pengamatan strategis terkait lalu
lintas dan keramaian desa. Seperti disebutkan, desa ini berada di pelosok dan
tepi Sungai Serayu serta jalan utama adalah jalan desa yang menguhubungkan
dengan dua desa tetangga yakni Suro dan Pajerukan. Selain itu juga
dikhawatirkan bisa mematikan toko kelontong milik penduduk desa yang lebih dulu
ada.
“Toserba milik BUMDes UJUB buka
untuk menyaingi, tapi bermitra dengan masyarakat dalam hal ini bisa menjadi
sentra kulakan. Kami juga menampung produk lokal untuk ikut dipasarkan disini,”
Kata Handoyo. Awalnya, kades berencana membentuk pelayanan sales keliling untuk
memasarkan produk ke toko di desa maupun luar desa.
Terkait keberadaan minimarket
tersebut, Camat Kalibagor Siswoyo menekankan pentingnya munculnya rasa memiliki
dan mencintai dari masyarakat. Bentuk konkretnya, masyarakat bisa berbelanja di
toko tersebut.
“BUMDes ramai maka bisa
menyumbang PADes. Ini menjadi sumber pendapatan bagi desa dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Bisa juga menyerap tenaga kerja lokal,” kata Siswoyo
saat launching minimarket.beberapa bulan lalu.
Sementara itu, menurut pengamatan
Pendamping Lokal Desa (PLD) Desa Srowot, Karsono keberadaan BUMDes sejak
launching hingga saat ini ramai pembeli. Kebanyakan adalah penduduk lokal yang
ingin berbelanja kebutuhan harian.
“Bisa dikatakan ramai pembeli,
khususnya saat sore. Semoga bisa terus berkembang. Nantinya pemdes juga
berencana membangun gedung BUMDes tambahan dengan dana Bankeu Ketahanan Masyarakat
Desa dari Pemprov Jateng 2017,” kata Karsono. Sementara itu, seorang pembeli
yang ditemui sedang belanja mengaku senang berbelanja di toserba desa.
Menurutnya, harga di tempat tersebut lebih murah.
Saat melakukan kunjungan
lapangan, TA P3MD Utama, Nurul Hadi mengaku senang melihat perkembangan BUMDes
tersebut. Ia berharap bisa lebih banyak menampung produk lokal serta dikelola
dengan cara yang profesional agar bisa menghasilkan profit. Tidak kalah penting
untuk membuat kelaikan usaha menghitung break
event point (BEP).
Unit BUMDes Lainnya
Selain unit toko desa, BUMDes
UJUB memiliki unit usaha lainnya yaitu Unit Usaha Sewa Kendaraan Roda Tiga,
Unit Usaha Pertanian, Unit Usaha Jasa Konstruksi, dan dalam pengembangan Unit
Usaha Air Bersih yang saat ini masih dikelola BPS PAM Pamsimas.
Dari pengamatan Pendamping Desa
P3MD Kecamatan Kalibagor, untuk unit usaha lainnya sifatnya masih rintisan.
Yang menarik adalah keberadaan unit usaha Jasa Konstruksi sebagai unit baru
yang dibentuk untuk menampung peserta hasil pelatihan mengelas yang didanai
dari Dana Desa TA.2017. Saat ini para lulusan pelatihan sudah bisa membuat
tempat sampah portabel berbahan tong plastik dan dudukan besi penyangga.
Yang perlu penekanan adalah pada
penggunaan dan pelaporan keuangan. Tidak kalah penting adalah mekanisme
pertanggungjawaban pengelola BUMDes kepada masyarakat desa melalui musdes seperti yang diatur dalam Permendes No 4
Tahun 2015 tentang BUMDes agar bisa terlaksana. Dengan pengelolaan yang profesional, tepat
azas, dan transparan, menjadi keinginan bersama agar BUMDes UJUB bisa sukses
dalam mewujudkan kemadirian desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Amin. (Hanan Wiyoko & Apriyanti Sulisetiana / Pendamping Desa)